Entri Populer

Rabu, 19 Desember 2012

RINJANI







Sabana mu yang luas membakar kulit ini
Bukit bukit penyiksaan mu seolah menggelitik dan mengejek langjkah kaki ku yang lelah menjejakinya
Tapi lihatlah kebelakang, kau sunguhkan keindahan yang memecah lelah ini.
Sekali lagi kau mengajakku bercanda dengan monyet monyetr nakal yang diam - diam mengintipku dan menggodaku.

Plawangan Sembalun, kau membakar kulit ini saat siang, dan membekukan ku saat malam.
Betapa munafiknya diri ini saat harus meringkuk dalam tenda sedangkan danau Segara Anak yang Anggun dan diam itu memanggil - manggil dengan pesona keindahannya

Pasir , Batu , Debu angin Kencang dan ratusan meter tanjakkan menuju puncak mu.
lagi - lagi kau mengejekku dengan tanjakkan mu yang membuat ku berkali - kali terpeleset.
huuhhhh aku hanya bisa meringkuk di balik batu saat angin mu yang kencang membuat ku hampir terbang.
Saat subuh datang, lihat betapa sulitnya bersujud menunaikan shalat di jalur puncak mu ini.
tapi coba tengok ke atas , sunrise yang sangat indah menebarkan pesonanya yang luar biasa.

Oh Rinjani ... betapa sulitnya leter 'E' ini terlewati.
"hey wanita kecil, kamu tidak akan bisa sampai kepuncak rinjani, napas mu mungkin akan habis melewati tanjakkan ini" , bisik bunga edelweis di kanan kiri ku.
semangat ku pun membuncah untuk mencapai Puncak mu.

Allahu Akbar, inikah kau RINJANI?
Inikah puncak mu RINJANI?
aahhh  betapa indah kau RINJANI, berdiri tegak dan angkuh dikelilingi pegunungan yang tegak bediri, berdiri tegak dan angkuh dikelilingi danau Segara Anak yang Diam membisu.
Betapa Anggun kau RINJANI berselimut debu dan angin yang menusuk tulang.

RINJANI , kau perkenalkan aku kepada sulitnya berjuang ,
kau ajarkan aku betapa sulitnya bertahan diatas tiupan angin kencang badai kehidupan.

Oh RINJANI, Aku Rindukan Engkau.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar